JAKARTA - Beberapa kalangan menilai
BlackBerry (BB) tinggal menunggu 'ajal kehancuran'. Meluncurnya
fitur BlackBerry Messenger (BBM) di platform Android nanti
disebut-sebut karena BlackBerry harus memiliki 'strategi inovasi' baru
untuk mempertahankan perusahaan dari kemerosotan pendapatan atau
kebangkrutan.
Website Watchmywallet pada pertengahan
Agustus melaporkan, saham BlackBerry dihentikan untuk waktu yang singkat
di New York Stock Exchange, karena salah satu staf senior mengundurkan
diri. Perusahaan juga disiapkan untuk dijual.
Awal September
muncul kabar, BlackBerry akan dilelang pada November mendatang. Beberapa
pemain keuangan di Kanada dan Amerika Serikat (AS), seperti Canada
Pension Plan Investment Board dan Bain Capital disebut-sebut akan
mempertimbangkan tawaran untuk membeli BlackBerry. Juga, raksasa
teknologi asal Asia termasuk Lenovo.
Kondisi BlackBerry yang
semakin 'jatuh' ini mengakibatkan penurunan pangsa pasar. Hal ini
dipertegas berdasarkan data yang dirilis International Data Corporation
(IDC) pada 4 September 2013, BlackBerry hanya memperoleh 2,7 persen,
dan diperkiran pada 2017 hanya memperoleh 1,7 persen pangsa pasar secara
global.
Lalu, mengapa di Indonesia pengguna handset buatan
perusahaan asal Waterloo, Kanada ini masih terus menjamur? Praktisi IT,
Michael S. Sunggiardi mengatakan, di Indonesia, selain penggunanya yang
paling besar, masyarakat lebih akrab dengan tombol kunci (
keypad) bergaya 'QWERTY'.
"BlackBerry
teorinya bangkrut, tetapi di Indonesia populer. Pengguna BB di
Indonesia paling besar, di luar negeri BB sudah enggak dipakai,"
tuturnya kepada
Okezone melalui percakapan telefon, Selasa (17/9/2013). Meskipun demikian, dengan adanya
keypad khas, bentuk handset yang kecil, pengguna bisa memanfaatkannya untuk aktivitas
chatting lebih mudah serta dianggap aman (
secure), karena jaringannya berpusat di Kanada.
"Sampai
hari ini, mereka (pengguna) memiliki teman-teman yang pakai Android,
bosnya (bagi pekerja) pakai, semua pakai," katanya. Hal ini menyebabkan
BB sulit ditinggalkan, karena mayoritas para relasi atau kerabat masih
banyak yang pakai BB.
Michael lebih lanjut mengungkapkan, handset
BB dahulu menjadi kebanggaan Research In Motion (RIM) di Kanada. BB
mengunggulkan fitur chatting yang secure. Akan tetapi, kini pamor
Android semakin meningkat dengan kehadiran aplikasi sejenis seperti We
Chat, Line, Kakao Talk dan lain-lain.
Bedanya, menurut Michael,
bila aplikasi Chatting yang nongol di sistem operasi (OS) robot hijau
tersebut apabila hilang koneksi internet, maka tidak bisa mengirim
pesan. Maka, BlackBerry masih memungkinkan untuk terkirim (pending),
setelah koneksi internet atau data terhubung kembali.
Perkembangan
atau nasib BlackBerry ke depan menurutnya akan sulit diprediksi, sebab
teknologi itu dinamis. Adanya OS yang kini tampak lebih populer seperti
Android, iOS serta Windows Phone dianggap sebagai platform tandingan
yang akan sulit dikejar, kecuali perusahaan melakukan terobosan, salah
satunya dengan membuat pengguna Android juga bisa mencicipi fitur BBM.
"Secara
teori BB (enggak mungkin ditutup), jumlah pengguna banyak. (Namun),
fitur akan mentok. Tidak ada pengembangan. Persis OS Symbian dahulu.
Harus ada inovasi, ikuti perkembangan zaman," pungkasnya.
(ahl)